Poker Online

Misteri Penjara Kalisosok, Surabaya


Misteri Penjara Kalisosok, Surabaya

Cerita Tengah Malam - Kota Surabaya salah satu kota yang ‘dihiasi’ bangunan peninggalan bersejarah. Banyak diketemukan bangunan-bangunan peninggalan Kolonial Belanda di kota ini, baik yang telah direvitalisasi atau yang masih tidak terurus. Salah satunya peninggalan Kolonial Belanda yang punya riwayat mengenai tahanan ialah Penjara Kalisosok. Banyak narasi yang ditampilkan dari balik dinding penjara yang punya penjara bawah tanah ini.
Baca Juga : Misteri Jembatan Sulfat, Malang
Nama Kalisosok diambil dari nama satu wilayah di Surabaya Utara, persisnya ada di samping utara Jalan Rajawali serta Kembang Jepun. Walau kelihatan tidak tertangani, sisi pintu masuk Penjara Kalisosok kelihatan masih kuat. Di atasnya ada ruangan kantor beberapa sipir penjara. Sedang disamping kiri pintu, ada plakat pemberitahuan: ‘Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Surabaya.’

Sesaat bagian kanan serta kiri dinding setinggi seputar tiga mtr. itu kelihatan masih kuat, walau telah berlumut. Diluar itu, baik dari dalam atau luar dinding, kelihatan ditumbuhi pohon-pohon liar yang benar-benar lebat. Penjara ini dibuat pada saat kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke 36, Herman Willem Daendels.

Penjara Kalisosok dibuat pada 1 September 1808 dengan mengonsumsi ongkos 8.000 Gulden. Banyak tokoh perjuagan yang dipenjarakan di sini, salah satunya tokoh Muhammadiyah, Kiai Haji Mas Mansur, WR Supratman dan beberapa tokoh nasional yang lain, pernah rasakan pengapnya Penjara Kalisosok. Serta banyak antara mereka yang wafat karena penyiksaan beberapa orang Belanda.

HOS Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam pernah mendekam di penjara Kalisosok. Serta, Tokoh Marhaenis serta pejuang rakyat Surabaya Doel Arnowo, juga pernah mendekam sepanjang sembilan bulan Penjara ini baru ditutup pada tahun 2000 itu.

Saat perjuangan anti-fasisme, penjara Kalisosok jadi saksi penangkapan beberapa aktivis anti-fasis, yang terhimpun dalam pergerakan rakyat anti-fasis. Antara tokoh anti-fasis yang tertangkap, diantaranya: Pamudji, Sukayat, Sudarta, serta Asmunanto. Serta, tokoh penting pergerakan anti-fasis waktu itu, yakni Amir Syarifuddin, diamankan serta dipenjara di sini.

Saat sekutu datang di Surabaya, Kalisosok sempat juga jadi saksi riwayat keberanian rakyat Surabaya menantang pasukan Inggris. Pada 26 oktober 1965, pasukan Inggris di bawah pimpinan Kapten Shaw menggempur penjara Kalisosok untuk melepaskan seorang perwira Belanda, Kolonel Huiyer.

Di zaman orde baru, penjara Kalisosok jadi saksi kekejian rejim Soeharto pada tapol Partai Komunis Indonesia (PKI) serta ormas-ormasnya. Banyak antara mereka, sebelum dibuang ke pulau buru atau nusakambangan, harus mendekam serta memperoleh penyiksaan di Kalisosok.

Orde baru jadikan LP Kalisosok jadi tempat pemenjaraan serta penindasan pada tapol asal Timor Leste. Serta, dua aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang waktu itu melawan rejim orde baru, mendekam dalam penjara Kalisosok, yakni Coen Husein Pontoh serta Mohamad Soleh.
Deposit Pulsa Tanpa Potongan
Seangker-angkernya penjara Kalisosok, seketat-ketatnya penyelamatan oleh penjaga, tapi ada pula tahanan yang sukses lolos. Semenjak tahun tahun 1968-1969, ada tujuh orang tahanan politik yang sukses melarikan diri dari penjara berdinding tebal itu. Ke-7 tapol itu ialah Bardi Harsono, Kadarisman, Karmaji, Karyono, Kadis,Tahak, serta Sarman.

Pada tahun 1977, orang di gemparkan oleh berita kaburnya beberapa terpidana dari Kalisosok. Tahanan itu namanya Ronny Siswanto, Asmat, Raharjo serta Lukito. Tiga yang disebutkan terakhir sukses diamankan kembali. Tetapi, sesudah diselidiki, bebasnya beberapa narapidana itu tidak terlepas dari kelihaian mereka menyogok petugas untuk kurangi waktu tahanan.

Penjara Kalisosok simpan narasi heroik. Saat itu, seputar oktober 1945, saat berita kemerdekaan sukses menyelusup masuk penjara, beberapa tahanan juga membuat laskar namanya “Laskar Pendjara”. Pimpinan laskar ini ialah seorang tukang becak, namanya mayor Dollah. Seperti dicatat Bung Tomo dalam bukunya, Cerita Perang 10 November, yang keluar tahun 1950, dikisahkan jika pemberontakan dalam penjara ini sukses membobol tembok penjara bagian utara.

Saat ini, area penjarang yang sampai 3,5 ha itu tidak demikian tertangani (terlihat dari menara pengawas yang telah berdebu serta tidak terurus). Salah satu sisi yang paling tertangani ialah dinding luar eks-penjara itu yang dicat oleh beberapa seniman kota. Dinding itu dicat serta digambari dengan situasi kota yang ramah serta menyenangkan, benar-benar jauh dari kesan-kesan menyeramkan.